Hari yang cerah dirumah yang tidak pernah bosan untuk ditempati. Bagaimana tidak? Mempunyai 5 Lantai, dengan ruang-ruang sendiri yang dibuat dengan teknologi canggih. Pagi ini, Jane bertugas sendirian karena Lucy sakit, sedangkan Natalie tidak mau bekerja seperti pengasuh. "Huft.. Selesai juga.." Jane mengelap keringatnya yang cukup banyak itu karena tiga jam bekerja. Namun, menurut Jane, keringatnya sepadan dengan hasilnya. Rumahnya menjadi bersih, wangi, bahkan tidak ada satupun sedikit sarang laba-laba. Ia kemudian pergi kekamarnya di lantai empat, lalu tiduran di kasurnya. Ia menatap plafon kamarnya yang berwarna pink itu. "Ooh, aku baru ingat! Kurasa Lucy belum makan siang.." Jane kemudian pergi kedapur yang berada dilantai satu, membuat bubur ayam. Kemudian Ia naik kelantai tiga untuk kekamar Lucy. "Tok.. Tok.." Jane mengetuk pintu kamar Lucy. Lucy yang sedang tiduran langsung duduk manis dikasurnya itu. "Hai. Sini masuk." Lucy menggeser posisi tubuhnya, lalu menepuk kasur disebelahnya, mengisyaratkan Jane untuk duduk. " Thanks. Aku cuma mau beri kamu ini." Jane duduk di tepi kasur sambil memberikan Lucy semangkuk bubur ayam. "Aku tahu, kamu pasti belum makan siang." Kata Jane. Lucy tersenyum sambil menerima mangkuk berisi bubur ayam itu, kemudian memakannya. "Kamo.. Nyam.. Ba.. Ik.. Nyam.. Glek.. Banget sih..." Puji Lucy setelah menelan bubur ayam itu. Jane tertawa kecil, "Nih, ada saran dari Jane Wilderstry tercantik didunia. Kamu kalau makan jangan ngomong, tau gak seeeh..". Lucy pura-pura muntah." Hoek.. Hoek.. Tercantik? Hoek bingits..." Canda Lucy. "Mau nonton? Ayo kita nonton The Blood House 3!" Ajak Lucy. Janepun tiduran disebelah Lucy. "Di channel berapa?" Tanya Lucy. "563." Jawab Jane singkat. Lucypun menekan tombol 563 di remote televisinya. Mereka berduapun menonton film seram itu dengan ketakutan.
Saat sedang asyik-asyiknya menonton film, Natalie datang dengan muka kesal sambil memelototi Jane. Jane yang merasa heranpun bertanya, "Kenapa?". "Jangan pura-pura gak tahu deh." Jawab Natalie sambil melipat tangannya. Janepun menoleh kepada Lucy sambil bertanya setengah berbisik, "Maksud dia apaan sih?". Natalie menurunkan tangannya seperti semula. " Iih! Kamu pura-pura gak denger teriakan aku kan?!" Omel Natalie. "Teriakan? Boro-boro! Ngeliat kamu teriak aja nggak, apa lagi denger kamu teriak!" Elak Jane. "Tadikan aku teriak manggil kamu! Masa iya kamu nggak denger!" Omel Natalie lagi. "Ya salah kamu dong! Udah tau kalau teriak dari lantai lima ke lantai tiga itu gak kedengeran! Masih aja dicoba!" Omel Jane. " Kamu mau berantem sama aku? Hah, mau?" Ancam Natalie. "Ayo! Oke, ayo!" Jane dan Nataliepun bertengkar sampai keluar kamar. Tentunya Lucy tak bisa menengahi, karena Ia tidak ikut kelas Judo, dan tentunya Ia takut terkena pukulan. Saat sudah hampir sampai ditangga, Jane dan Natalie dorong-dorongan. Jane paling dekat dengan tangga, sementara Natalie berada didepan Jane. Karena Jane sedikit lebih lemah dibandingkan Natalie, saat Natalie mendorong Jane, Janepun jatuh dan memegang tangan Natalie, sehingga Natalie ikut terjatuh ke tangga dan mereka berguling kedepan hingga kelantai satu. Lucypun segera turun lewat tangga dengan cepat. Karena terlalu cepat, Lucy ikut terjatuh dan berguling kedepan sampai lantai dua. Saat sampai bawah, mereka dalam keadaan koma. Tepat saat Lucy jatuh kebawah dan pingsan, Mama dan Papa datang. Papa pun segera menelpon 911.
"Ugh... Aa.. Aku dimana ya??" Gumam Jane ketika tersadar. Ia melihat ruangan putih, alat-alat dokter, serta tiang infus. Sudah pasti dia berada dirumah sakit. Ia melihat kesebelahnya. Tampak sosok Natalie yang masih pingsan, tapi tidak koma. Beberapa menit kemudian, Natalie sadar juga. Natalie melihat kearah Jane dengan lemah. "Kalau kita ada dikasur, kurasa aku tidak akan menanyakan aku ada dimana." Kata Natalie lemah. Jane mengangguk. Ditengah-tengah, ada sebuah meja kecil dengan beberapa tombol dengan warna berbeda. Jane menekan tombol berwarna merah. Tak lama kemudian, Mama dan Papa masuk kekamar HCU tempat mereka berada. Mama segera mencium kening mereka berdua bergantian. "Untung... Aja kalian sudah sadar setelah 6 hari ini... Kalian berantem lagi, ya?" Mama pura-pura mengomel. Jane dan Natalie menyengir lebar. "Mama, Lucy dimana ya?" Tanya Jane heran. "Oooh, Lucy. Lucy sudah dipindahkan ke ruang biasa, karena kerusakannya sedikit dibandingkan kalian. Namun, Lucy pendarahannya sangat banyak, sama seperti kalian." Jelas Mama. Natalie kaget saat Mama bilang "Kerusakan". "Apa maksudnya?" Tanya Natalie. "Maksud dari apa?" Mama balik bertanya. "Apa maksudnya ke-ru-sa-kan?" Tanya Natalie lagi. "Yaaa.... Maksudnya, ada beberapa kerusakan pada tulang kalian..." Jawab Mama ragu-ragu. "Apa???"Jane dan Natalie membelalak kaget. "Eh, tapi bisa sembuh kok! Su.. Sudah sembuh sekarang!" Tambah Mama dengan cepat. Jane dan Natalie langsung menghela napas lega. "Oke, jadi, kita bisa langsung pulang?" Tanya Jane. Mama mengangguk. "Tapi, kita tunggu Lucy sadar dulu! Oke?"Tawar Mama. Jane dan Natalie mengacungkan ibu jarinya sambil mengedipkan sebelah mata. Sesaat kemudian, Papa menjulurkan kepalanya dari balik pintu sambil berkata, "Mama, sini deh.". Mamapun segera mendekati Papa. Beberapa detik Mama berbicara, kemudian berkata kepada Jane dan Natalie, "Kita pulang sekarang!" Serunya. Jane dan Natalie bersorak senang.
Beberapa jam setelah mereka pulang dari rumah sakit, Mereka merasakan hal-hal yang aneh yang tidak diketahui apa itu. "Jane, kau merasakan hal yang sama?" Tanya Lucy ketika mereka bertiga tiduran dikasur Jane. Jane mengangguk lesu. "Yaaa... Semenjak aku dari rumah sakit, tubuhku seperti tidak peduli air apa yang akan kugunakan untuk berendam. Biasanya kan, aku cuma ingin air hangat.." Kata Jane. "Sedangkan aku, aku tidak peduli lagi pada panas yang dulunya selalu membuatku kesal, tentunya karena menyebabkan aku berkeringat." Lanjut Natalie. "Dan aku... Sekarang aku tidak lagi memakai selimut, karena mau malam ataupun musim salju, tidak ada yang dingin untukku.." Jelas Lucy. Lucy mendekati jendela, lalu menegangkan tangannya agar tubuhnya tidak kaku. Seketika, sesuatu terpancar dari tangan Lucy yang membuat koleksi bendera Jane membeku. Lucy mendekati bekuan itu. "Es? Ta.. Tapi dari mana?" Lucy bingung. "Mungkin kamu punya kekuatan es." Kata Jane asal. Saat sadar, Jane dan Lucy tersenyum lebar bersamaan. "Mungkin aku punya kekuatan es! Yey!" Lucy meloncat-loncat kegirangan. "Umm, ada yang mau menonton The Mystery Hole?" Tanya Jane. Natalie dan Lucy mengangguk setuju. Janepun mengambil remote TV, namun yang terjadi... "Yah.. Kok bisa rusak?" gumam Jane bingung. Janepun mengambil handphonenya, namun yang terjadi adalah handphone-nya rusak bagai dicelupkan kedalam air. "Ini aneh... Air! Itu dia! Aku mungkin punya kekuatan air!" Seru Jane. Janepun mencoba menegangkan telapak tangannya ke arah jendela. Sesaat, semprotan air muncul dan tersemprot keluar jendela. "Hei, kalau buang air hati-hati dong!" Teriak Miss Willia kesal ketika jemurannya yang hampir kering menjadi basah lagi. Jane mendekati jendela dan berteriak, "Maaf Miss! Tak akan diulang!". Nah, karena hari sedikit mulai dingin.. Bagaimana kalau aku menyalakan perapiannya?" Usul Natalie. Jane dan Lucy mengangguk setuju. Nataliepun mengambil korek api kayu, lalu menyalakan perapian. Tangan Natalie sempat terkena api, namun itu tidak membuat tangan Natalie melepuh ataupun sakit. Natalie melihat keajaiban itu dengan takjub. Kemudian Ia berpaling kearah Jane dan Lucy. "Kalian melihatnya?" Tanya Natalie kagum. Jane dan Lucy membelalak sambil mengangguk. Jane mendekati Natalie."Woah! Keren! Kok bisa sih??" Tanya Jane heran. "Hmh, biasa saja." Kata Lucy sambil melipat tangannya. "Apa kau bilang??!!" Natalie mengepalkan tangannya. Namun, yang terjadi justru gelas berisi air yang berada didekat Natalie menjadi gelas berisi air panas. Jane yang ingin meminum air itu, menjadi kepanasan. "Akh! Panas banget!" Ia mengaduh dengan keras. "Aku punya kekuatan api! Yey!" Natalie bersorak gembira. Jane dan Natalie melompat berhadapan, lalu saat masih diudara mereka mempertemukan salah satu tangan mereka dengan tangan yang lain. Tiba-tiba.. "Krak!" Dua buah suara retakan muncul dari tubuh Jane dan Natalie. "Mamaa!!!" Jane dan Natalie memegangi pinggang mereka.
The Sand Time
There are times in... THE SAND TIME!
Senin, 30 Maret 2015
Sabtu, 28 Maret 2015
The Sand Time!
Hai teman! Kalian pasti belum tahu kan, mengapa aku sebut blog ini The Sand Time? Sebenarnya, tiba-tiba aku ada ide untuk membuat blog ini dengan nama The Sand Time! Yaa, bukan alasan yang bagus sih, tapi... Enjoy aja ceritaku!
Langganan:
Postingan (Atom)